Bengkulu – Perkelahian oknum pelajar yang terjadi di belakang rumah dinas Gubernur Bengkulu dan viral di media sosial baru-baru ini mengundang keprihatinan banyak pihak. Apalagi perkelahian ini disaksikan siswi lainnya tanpa ada upaya untuk melerai.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Hj Riri Damayanti John Latief menyayangkan kejadian ini. Namun ia mengapresiasi bahwa perkelahian ini diselesaikan dengan perdamaian dimulai dari siswi, termasuk hingga kepada para orang tua.
“Alhamdulillah yang terlibat perkelahian sudah bersekolah lagi. Sigapnya Kepolisian dan Dinas Pendidikan merespon persoalan ini patut diapresiasi. Semoga perkelahian seperti ini tidak pernah terulang kembali,” kata Hj Riri Damayanti John Latief, Kamis (2/2/2023).
Lulusan Psikologi Universitas Indonesia ini menjelaskan, kementerian terkait harus merespon hal ini karena kejadian ini bukan hanya terjadi di Bengkulu, namun hampir di banyak daerah bahkan hingga sampai menimbulkan pertumpahan darah.
“Secara psikologi diantara sebabnya bisa jadi karena terlalu seringnya melihat tontonan bernuansa kekerasan secara berulang, atau memang karena melampiaskan kekesalan, dan lain sebagainya. Karena kejadian seperti ini sudah sering, kementerian terkait harus lakukan penanganan khusus mengenai hal ini,” ujar Hj Riri Damayanti John Latief.
Kakak Pembina Duta Generasi Berencana (GenRe) BKKBN Provinsi Bengkulu ini juga berharap pemerintah daerah dan dinas terkait membuat terpadu penanganan tawuran antar pelajar sehingga kasus serupa tidak lagi mencoreng wajah dunia pendidikan.
“Bahaya sekali kalau sampai tawuran ini menjadi budaya baru bagi remaja di negeri ini. Kemarin terjadi di sana, terus di sini, belum lagi berita tentang kerusakan moral, pergaulan bebas, kekerasan seksual dan narkoba. Harus ada upaya terpadu,” ungkap Hj Riri Damayanti John Latief.
Putri Ketua Badan Koordinasi Majelis Taklim Masjid (BKMM-DMI) Provinsi Bengkulu Hj Leni Haryati John Latief ini menambahkan, tak kalah penting bagi pemerintah untuk mendorong agar remaja dan pemuda bisa lama berbetah-betah di rumah ibadah.
“Saat generasi jauh dari rumah ibadah, mereka jauh dari Allah, jauh dari agama, akhirnya kerjaannya siang dan malam bukan lagi cuma tawuran, tapi bisa jadi melakukan semua yang memuaskan hawa nafsu semata, tanpa peduli dampaknya, baik di dunia, maupun di akhirat,” demikian Hj Riri Damayanti John Latief. (Eko)